Pejuang dari Talise dalam Mengelola Sampah Plastik

Made Ros adalah salah satu dari sekian banyak pemulung (atau disebut pejuang) di Desa Talise. Ia merupakan salah satu penyintas gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah pada 2018. Kondisi pasca gempa dan tsunami memaksa Made Ros harus pindah dari Pantai Talise ke tempat penampungan. Namun hal ini tidak menghentikannya bekerja sebagai pemulung. Ia biasa berjalan kaki sejauh 1,8 km dan menghabiskan waktu sekitar satu jam dari tempatnya menuju RS Undata untuk memungut sampah.

Ia terlahir dengan disabilitas fisik. Sejak 2010, dia dan suaminya berjalan kaki sambil mendorong gerobak kecil untuk mengumpulkan sampah berharga. Sayangnya, suaminya telah meninggal dunia dan saat ini harus bertahan hidup sendirian untuk mencari nafkah. Dia tekun bekerja setiap hari dengan berjalan sambil mencari sampah. Lelah tidak pernah dirasakan meski harus menempuh perjalanan dengan membawa tas penuh berisi plastik.

Saat ini, Made Ros mengikuti program Womenpreneurs4Plastic (WP4P) dari YAKKUM Emergency Unit (YEU). Program ini merupakan inisiasi program kemanusiaan YEU di Kota Palu dan Kabupaten Sigi yang bertujuan untuk meningkatkan peluang pendapatan bagi perempuan yang mengelola sampah plastik, sekaligus bermaksud mengurangi sampah plastik di masyarakat.

Made Ros adalah perintis pemulung di tempat tinggalnya. Ia mengetahui program ini dari rekan pemulungnya. Ia menjadi salah satu anggota Kelompok Kewirausahaan Plastik Perempuan, atau Women Plastic Entrepreneur Group (WPEG), dan cukup aktif mengelola sampah. Ia antusias mengikuti program ini karena percaya masih ada harapan bagi mereka yang berprofesi sebagai pemulung untuk peningkatan penghidupannya. Dari pekerjaannya, ia bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga dan pendidikan untuk enam anaknya. Dia telah menginspirasi tetangganya untuk belajar tentang nilai ekonomis dari limbah dan membuat mereka tertarik untuk menjadi anggota WPEG.

Made Ros mampu mengumpulkan 10-15 kg tiap harinya. “Saya mengikuti program WP4P YEU ini karena ingin mengetahui perkembangan usaha pengolahan plastik. Lebih baik bergabung dalam kelompok agar kita rutin berkegiatan bersama pemulung lain dan mendapat perhatian dari pihak lain. Apalagi dengan adanya Bank Plastik di Talise, saya merasa ada tempat yang bisa membantu pekerjaan kami sebagai pemulung," ujar Made Ros.

Dengan bergabung dalam kelompok pengelola plastik, ia berharap pemerintah Kota Palu dapat memberikan dukungan terhadap program ini dan juga menjadi wadah pengelolaan sampah di tempat pengungsian sehingga kegiatan kelompoknya dapat berkembang dengan baik. Elfrida, seorang staf pendamping YEU di Talise membenarkan bahwa Made Ros sudah mengumpulkan 13 kg plastik sebagai tabungannya di Bank Plastik Talise. Hal ini membuktikan komitmen Made Ros sebagai anggota aktif WPEG dan secara konsisten memberikan dampak positif bagi lingkungannya. (Nila/YEU)