Konferensi Pertukaran Masyarakat Sipil Internasional tentang Implementasi Bersama Inisiatif Pembangunan Global yang kedua telah diselenggarakan pada 9-11 September 2025 di Hohhot, Inner Mongolia, Tiongkok. Konferensi yang diorganisir oleh China NGO Network for International Exchanges (CNIE) dan Pemerintah Rakyat Daerah Otonomi Inner Mongolia Tiongkok ini, dihadiri lebih dari 300 partisipan dari setidaknya 50 negara yang terlibat dalam diskusi seputar pengalaman dan kerja sama dalam rangka pengentasan kemiskinan, pelayanan Kesehatan dan kesejahteraan, dan bantuan kemanusiaan dan kerelawanan. YEU sebagai mitra kemanusiaan Amity Foundation berkesempatan mengikuti kegiatan ini.
Sesi networking event digelar pada 10 September 2025 dan diisi dengan pameran dari LSM-LSM, pemerintah dan perusahaan asal Tiongkok yang mempertunjukkan praktik baik, produk-produk, program dan layanan yang mereka lakukan baik di Tiongkok maupun di luar negeri. Amity Foundation turut meramaikan acara ini dengan menampilkan kerja-kerja yang dilakukan di Tiongkok dan negara lainnya dalam bidang pendidikan, konservasi air, dan perlindungan lingkungan. Laporan tahunan dan produk-produk ditampilkan sebagai bagian dari bukti kerja konsisten Amity Foundation dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Guangzhou Institute for Urban Innovation (GIUI)—sebuah organisasi think tank yang menghubungkan pemerintah, universitas, lembaga think tank, organisasi sosial untuk mendorong inovasi urban, memanfaatkan acara ini untuk menginformasikan pembukaan pendaftaran The 7th Guangzhou International Awards for Urban Innovation pada Oktober ini. Penghargaan ditujukan untuk inovasi perkotaan yang dikembangkan pemerintah berkolaborasi dengan LSM, akademik, dan pihak-pihak lainnya baik dalam bidang inklusi sosial, perlindungan lingkungan dan ketangguhan, layanan publik dan infrastruktur, budaya, dan sebagainya.
Sementara itu, Pemerintah Hohhot juga berbagi pembelajaran dalam model pembangunan berkelanjutan dan terintegrasi. Ibu Kota Inner Mongolia yang dihuni 3,6 juta jiwa ini merupakan pusat ekonomi, budaya, sains, dan pendidikan di Inner Mongolia. Kota ini juga berhasil mengubah padang rumput yang tandus menjadi hijau dengan memperbanyak vegetasi lokal yang adaptif iklim, serapan air, dan area-area hijau. Pada tahun 2022, Hohhot menjadi Kota Percontohan Nasional untuk Peradaban Ekologi.
Sesi tematik diadakan pada 11 September 2025 menghadirkan lebih dari 20 pembicara yang terbagi dalam 3 sesi panel—menggarisbawahi kerja sama Tiongkok dan negara-negara lain di dunia untuk isu kesejahteraan umum dan pengurangan kemiskinan, kesehatan, kemanusiaan dan kesukarelawanan. Pembicara cukup beragam baik mewakili filantropis, NGO, asosiasi NGO, institusi pendidikan dan kesehatan baik dari Tiongkok maupun negara-negara lain mulai dari Papua Nugini, India, Pakistan, Malaysia, Algeria, Zimbabwe dan lainnya. Masing-masing asosiasi/organisasi ini berbagi pengalaman dan pembelajaran dari kerja sama yang dilakukan dalam berbagai bidang mulai dari pelatihan tim medis, mendukung inisiatif “back to school” dengan menyediakan paket alat sekolah bagi anak-anak di Afrika, respons kemanusiaan akibat bencana maupun krisis, penguatan tim SAR, kampanye aksi iklim, perlindungan lingkungan melalui penanaman pohon, hingga dukungan mata pencaharian. Pada dekade ini, Tiongkok memperbanyak kerja sama bilateral dan multilateral serta menggalang dana yang cukup besar untuk mendukung terlaksananya program pembangunan di negara-negara berkembang, sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Inisiatif Pembangunan Global.
Pada hari selanjutnya, YEU bersama organisasi-organisasi lainnya dari Asia, Afrika, dan Amerika Latin juga berkesempatan untuk berkunjung ke Shaanxi di Provinsi Xi’an dan berdiskusi dengan Forum NGO Shaanxi, Shaanxi NGO Network for International Exchange (SNIE). Seperti kutipan di dinding kantor SNIE, SNIE percaya bahwa NGO memainkan peran yang penting dalam mendorong pembangunan ekonomi dan sosial serta kerja sama internasional dan tata Kelola global. Karenanya, SNIE mendorong 129 organisasi anggotanya untuk berperan dalam pertukaran internasional dengan 14 area kerja antara lain ekonomi, perlindungan perempuan dan anak, gerakan anak muda, perlindungan lingkungan, pariwisata, kesehatan hingga sosial budaya.
Pada pertemuan ini, tujuh narasumber dari SNIE berbagi pengalaman dan kerja sama yang dilakukannya di negara-negara lain misalnya melalui kompetisi inovasi pemberdayaan ekonomi, mendukung perempuan dan anak-anak belajar keluar negeri, membangun/merenovasi sekolah, kompetisi olahraga atau budaya untuk membangun kepemimpinan anak muda, kerja sama dalam pengobatan tradisional Tiongkok, mengembangkan eco-village, penyediaan fasilitas air minum aman dan pemanen air hujan, hingga ketangguhan iklim. Hal ini merupakan Upaya-upaya Tiongkok untuk berkontribusi pada pencapaian Inisiatif Pembangunan Global.
Inisiatif Pembangunan Global sendiri pertama kali diperkenalkan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada Sidang ke-76 PBB pada 2021. Konsep ini lahir untuk menunjukkan komitmen Tiongkok dalam percepatan pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan sebagai upaya untuk menghadapi tantangan global yang terjadi pasca COVID19 mulai dari konflik geopolitik, perubahan iklim, krisis hingga konflik HAM dan demokrasi. Pada perjalanannya, Inisiatif Pembangunan Global mendapat dukungan dari setidaknya 70 negara-negara lainnya yang tergabung dalam Friends of Global Development Initiative.
Pada prinsipnya, inisiatif ini memprioritaskan pembangunan, berkomitmen untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada manusia, inklusif (tidak ada negara/orang yang ditinggalkan), digerakkan oleh inovasi, memastikan harmoni manusia dan alam, dan berorientasi pada tindakan. Ketangguhan iklim dan pembangunan hijau menjadi salah satu fokus area dimana dalam pelaksanaannya Tiongkok meningkatkan investasi iklim di seluruh provinsinya termasuk melalui perlindungan dan pemulihan ekologi dan proses inkubasi inovasi berbasis riset dan teknologi. Tiongkok cukup intensif berinvestasi pada program-program yang fokus pada “kecil tapi indah dan bermanfaat bagi penghidupan masyarakat”.
Secara konsep, inisiatif ini sejalan dengan agenda global terkait Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, namun dalam strategi pelaksanaannya tetap harus mengedepankan prinsip inklusi, kesetaraan gender, dan berbasis kepemimpinan lokal. Banyak inovasi dan teknologi terapan yang canggih dan efisien yang dikembangkan berdasarkan riset dan pengetahuan ilmiah, namun gagal menjawab akar masalah di komunitas paling terdampak. YEU percaya memastikan partisipasi bermakna dari komunitas yang paling berisiko sama pentingnya dengan memastikan inovasi lahir dan tumbuh dalam masyarakat, didukung sumber daya yang memadai dan terhubung satu sama lain.
-------------------
Penulis: Debora Dian Utami - Direktur
Media Sosial
@yakkumemergency
yakkumemergency